Fungsi dan Peranan Teknologi Informasi dalam Bimbingan Konseling
A.Pengertian Teknologi Informasi
1)Teknologi informasi adalah
seperangkat alat yang membantu anda bekerja dengan informasi dan
melakukan tugas-tugas yang berhubungan pemrosesan tertentu (Haag dan
Keen, 1996).
2)Teknologi informasi tidak hanya
sebatas pada teknologi komputer (perangkat keras dan perangkat lunak)
yang digunakan untuk memproses dan menyimpan informasi, melainkan juga
mencakup teknologi komunikasi untuk mengirimkan informasi (Martin,
1999).
3)Teknologi informasi adalah
teknologi yang menggabungkan komputasi (komputer) dengan jalur
komunikasi berkecepatan tinggi yang membawa data, suara, dan video
(Williams dan Sawyer, 2003).
Dari ketiga pengertian di atas, maka pengertian teknologi
informasi dapat disimpulkan bahwa teknologi informasi adalah gabungan
antara teknologi komputer dan teknologi telekomunikasi yang memberikan
informasi yang dibutuhkan oleh individu (brainware)
B.Fungsi dan Peranan Teknologi Informasi
dalam Bimbingan Konseling
1.Fungsi Teknologi Informasi dalam Bimbingan
Konseling
Teknologi informasi dalam bimbingan
konseling memiliki beberapa fungsi, terutama komputer dan internet.
Diantaranya:
1)Mempermudah konselor dalam menyusun, mencari dan juga mengolah
data.
2)Menjaga kerahasiaan suatu data, karena dengan teknologi
memungkinkan untuk menguncinya dan tidak sembarang orang dapat
mengaksesnya.
3)Membantu individu maupun kelompok untuk dapat berkomunikasi
dengan lebih mudah dan relatif murah dalam pelaksanaan konseling.
4)Memberikan kesempatan kepada individu
untuk berkomunikasi lebih baik dengan menggunakan informasi yang mereka
terima tanpa perlu bertemu secara fisik.
5)Menjadikan teknologi informasi sebagai
alat dalam suatu program kegiatan, sehingga kegiatan tersebut lebih
teratur dan terstruktur.
2.Peranan
Teknologi Informasi dalam Bimbingan Konseling
Seperti kita ketahui bahwa saat ini bimbingan konseling belum
dikatakan materi, sehingga tidak semua sekolah di Indonesia memberikan
jam yang cukup untuk materi bimbingan konseing ini, karena berbagai
alasan. Dengan demikian apakah dengan tidak tersedianya waktu yang cukup
peran guru bimbingan konseling akan berhasil? Siapapun pasti akan
menjawab tidak. Dengan argumen apapun jika waktu yang tersedia tidak
cukup atau tidak sesuai seperti yang diharapkan, maka jangan harap apa
yang disampaikan bisa mengenai sasarannya. Oleh karena itu peranan
teknologi informasi bisa menjawab kekurangan waktu tersebut. Aplikasi
teknologi informasi dalam bimbingan konseling adalah memberikan
informasi kepada klien tentang apa yang dibutuhkannya. Selain itu,
sarana yang diberikan oleh teknologi informasi itu sendiri,
memungkinkan antar pribadi atau kelompok yang satu dengan pribadi atau
kelompok lainnya dapat bertukar pikiran. Teknologi informasi pun dapat
meningkatkan kinerja dan memungnkinkan berbagai kegiatan untuk
dilaksanakan dengan cepat, tepat dan akurat, sehingga pada akhirnya akan
meningkatkan produktivitas kerja konselor itu sendiri.
Sebagai salah satu profesi yang memberikan layanan sosial atau
layanan kemanusiaan maka secara sadar atau tidak keberadaan profesi
bimbingan konseling berhadapan dengan perubahan realitas baik yang
menyangkut perubahan-perubahan pemikiran, persepsi, demikian juga
nilai-nilai. Perubahan yang terus menerus terjadi dalam kehidupan,
mendorong konselor perlu mengembangkan pemahaman, dan penerapannya dalam
perilaku serta keinginan untuk belajar, dengan diikuti kemampuan untuk
membantu siswa memenuhi kebutuhan yang serupa. Layanan Bimbingan dan
Konseling menjadi sangat penting karena langsung berhubungan langsung
dengan siswa. Hubungan ini tentunya akan semakin berkembang pada
hubungan siswa dengan siswa lain, guru dan karyawan, orang tua /
keluarga, dan teman-teman lain di rumah. Selanjutnya bagaimana
pengaruhnya dengan pembelajarannya di sekolah, sosialisasi dengan teman,
saudara baik di sekolah dan di rumah. Dan tentu saja dengan prestasinya
di bidang akademik dan non akademik.
Dukungan
layanan ini dapat diperoleh dari tersedianya data yang akurat yang
sepertinya untuk saat ini sangat tepat apabila data tersebut didapatkan
dari system komputasi. Agar bisa bertahan dan diterima oleh masyarakat,
maka bimbingan dan konseling harus dapat disajikan dalam bentuk yang
efisien dan efektif yatiu dengan menggunakan ICT atau dengan kata lain
harus melibatkan teknologi informasi, khususnya teknologi informasi
dalam bimbingan dan konseling.
Penggunaan
ICT dalam konseling mengarah pada pengembangan media konseling. Selain
dapat dilakukan melalui tatap muka, konseling dapat dilakukan secara
jarak jauh. Beberapa diantaranya sebagai berikut.
Komputer merupakan salah satu media
yang dapat dipergunakan oleh konselor dalam proses konseling.
Penggunaan komputer (internet) dapat dipergunakan untuk membantu siswa
dalam proses pilihan karir sampai pada tahap pengambilan keputusan
pilihan karir. Hal ini sangat memungkinkan, karena dengan membuka
internet, maka siswa akan dapat melihat banyak informasi atau data yang
dibutuhkan untuk menentukan pilihan studi lanjut atau pilihan karirnya.
Manfaat
penggunaan komputer (internet) adalah:
1.Pemanfaatan
internet untuk survei, mencari data, informasi atau dokumen elektronik
yang berharga..
2.Pemakaian email .
3.Proses
konseling on-line
Fasilitas di
internet dapat dapat dipergunakan untuk melakukan testing bagi siswa.
Tentu saja hal ini harus didasari pada kebutuhan siswa. Penggunaan
komputer di kelas sebagai media bimbingan dan konseling akan memiliki
beberapa keuntungan:
1.Akan meningkatkan kreativitas,
meningkatkan keingintahuan dan memberikan variasi pengajaran, sehingga
kelas akan menjadi lebih menarik,
2.Konselor
akan memiliki pandangan yang baik dan bijaksana terhadap materi yang
diberikan;
3.Akan memunculkan respon yang
positif terhadap penggunaan email;
4. Tidak akan menimbulkan kebosanan;
Selain
penggunaan internet seperti yang telah diuraikan di atas, dapat
dipergunakan pula software seperti microsoft power point. Software ini
dapat membantu konselor dalam menyambaikan bahan bimbingan secara lebih
interaktif. Konselor dituntut untuk dapat menyajikan bahan layanan
dengan mempergunakan imajinasinya agar bahan layanannya tidak
membosankan.
dalam program power point. Melalui fasilitas ini, konselor dapat pula
memasukkan gambar-gambar di luar fasilitas power point, sehingga sasaran
yang akan dicapai menjadi lebih optimal.
Media E-learning, adalah metode
belajar mengajar baru yang menggunakan media jaringan komputer dan
Internet, tersampaikannya bahan ajar (konten) melalui media elektronik,
otomatis bentuk bahan ajar juga dalam bentuk elektronik (digital), dan
adanya sistem dan aplikasi elektronik yang mendukung proses belajar
mengajar.
BAB III
ANALISIS
A.KELEBIHAN TI DALAM BK
•Pembelajaran dari mana dan kapan
saja .
•Bertambahnya Interaksi pembelajaran antara peserta didik
dengan guru .
•Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas.
•Mempermudah
penyempurnaan dan penyimpanan materi.
B.KELEMAHAN TI
DALAM BK.
1.Konselor tidak dapat memastikan bahwa
kliennya benar-benar seruis atau tidak
2.Informasi yang diterima dan diberitakan
sangat terbatas, komunikasi satu arah.
3.Kegiatan konseling melalui teknologi
informasi dapat menimbulkan jarak baik secara fisik maupun psikis
diantara konselor dan klien.
4.Belum terdapat data-data, fakta atau
informasi yang objektif dari klien, sehingga pemecahan masalah kurang
jelas.
5.Media yang digunakan kurang sesuai dengan apa yang dibutuhkan
kliennya.
6.Siswanya kurang menggunakan media yang disediakan kebanyakan
langsung bertemu atau tatap muka
Dalam upaya untuk melakukan konseling yang
profesional maka diperlukan penguasaan atending yang menyangkut bahasa
verbal dan non verbal dalam proses konseling.
Dalam proses konseling akan terjadi
komunikasi interpersonal antara konselor dengan klien, yang mungkin
antara konselor dan klien memiliki latar sosial dan budaya yang berbeda.
Pederson dalam Prayitno (2003) mengemukakan lima macam sumber hambatan
yang mungkin timbul dalam komunikasi sosial dan penyesuain diri antar
budaya, yaitu : (a) perbedaan bahasa; (b) komunikasi non-verbal; (c)
stereotipe; (d) kecenderungan menilai; dan (e) kecemasan. Kurangnya
penguasaan bahasa yang digunakan oleh pihak-pihak yang berkomunikasi
dapat menimbulkan kesalahpahaman. Bahasa non-verbal pun sering kali
memiliki makna yang berbeda-beda, dan bahkan mungkin bertolak belakang.
Stereotipe cenderung menyamaratakan
sifat-sifat individu atau golongan tertentu berdasarkan prasangka
subyektif (social prejudice) yang biasanya tidak tepat. Penilaian
terhadap orang lain disamping dapat menghasilkan penilaian positif
tetapi tidak sedikit pula menimbulkan reaksi-reaksi negatif. Kecemasan
muncul ketika seorang individu memasuki lingkungan budaya lain yang
unsur-unsurnya dirasakan asing. Kecemasan yanmg berlebihan dalam
kaitannya dengan suasana antar budaya dapat menuju ke culture shock,
yang menyebabkan dia tidak tahu sama sekali apa, dimana dan kapan harus
berbuat sesuatu. Agar komuniskasi antara konselor dengan klien dapat
terjalin harmonis, maka kelima hambatan komunikasi tersebut perlu
diantisipasi.
Hambatan-hambatan
diatas akan dapat dileiminir dengan baik ketika seorang konselor piawai
dalam menata prilaku attending. Prilaku attending adalah
suatu keterampilan menghampiri, menyapa, dan membuat klien agar betah
dan mau berbicara dengan konselor. Atau dalam bahasa Dr. H. Juntika
Nurihsan attending dipahami sebagai kehadiran secara psikologis,
bukan hanya kehadiran secara fisik, tetapi kehadiran psikologis jauh
lebih berpengaruh dalam menentukan intensitas komunikasi yang dibangun.
Dalam
prilaku attending tardapat suatu komponen penting yang harus
diperhatikan, karena hal ini merupakan dasar utama dalam prilaku
attending, yaitu bahasa non-verbal yang mencakup (kontak mata dan bahasa
badan). Selain bahasa verbal tentunya.
Karena perilaku attending yang baik
dapat :
1.
Meningkatkan harga diri klien.
2. Menciptakan suasana yang aman
3. Mempermudah ekspresi perasaan
klien dengan bebas.
Contoh perilaku attending yang baik
:
Kepala
: melakukan anggukan jika setuju
Ekspresi wajah : tenang,
ceria, senyum
Posisi tubuh : agak condong ke
arah klien, jarak antara konselor dengan klien agak dekat, duduk
akrab berhadapan atau berdampingan.
Tangan : variasi gerakan
tangan/lengan spontan berubah-ubah, menggunakan tangan sebagai
isyarat, menggunakan tangan untuk menekankan ucapan.
Mendengarkan : aktif penuh
perhatian, menunggu ucapan klien hingga selesai, diam (menanti saat
kesempatan bereaksi), perhatian terarah pada lawan bicara.
Contoh
perilaku attending yang tidak baik :
Kepala : kaku
Muka : kaku, ekspresi melamun,
mengalihkan pandangan, tidak melihat saat klien sedang bicara,
mata melotot.
Posisi tubuh : tegak kaku,
bersandar, miring, jarak duduk dengan klien menjauh, duduk kurang
akrab dan berpaling.
Memutuskan pembicaraan,
berbicara terus tanpa ada teknik diam untuk memberi kesempatan
klien berfikir dan berbicara.
Perhatian : terpecah, mudah
buyar oleh gangguan luar.
Robert
R. Carkhuff dalam The art of Helping, menegaskan bahwa terdapat tiga
tingkatan keterampilan attending “One way of structuring personal attending while sitting is to
view ourselves in terms of the skills involved. Indeed, we may
rate ourselves as follows according to our demonstration of the skills”.
·High
attending : Squared, eye contact, and leaning 20 degrees or more
·Moderate attending :
Squared, eye contact
·Low
attending : Not squared, slouching
A.Bahasa Non Verbal (nonverbal communication)
Bahasa tubuh atau
sering disebut body language, ternyata menyumbang sebagian besar
kesuksesan dalam komunikasi. Setidaknya keberhasilan sebuah komunikasi,
55% nya dipengaruhi oleh bahasa tubuh yang tepat. Kata-kata, yang
menjadi andalan ternyata hanya menyumbang 7% dan 38% nya disumbangkan
oleh intonasi atau nada bicara.
Mengingat
begitu besarnya pengaruh bahasa tubuh terhadap keberhasilan sebuah
komunikasi, maka disini akan dibahas bahasa tubuh seperti apa yang mampu
mendongkrak komunikasi yang efektif. Kita singkat saja dengan akronim S
– O – F – T – E – N. Jika dirinci akan menjadi gabungan kata
berikut:
Menjadi konselor yang efektif dalam sebuah percakapan tidak
hanya dipengaruhi oleh baik buruknya kalimat dan pilihan kata yang
digunakan. Ada hal yang lebih menentukan dan berdampak lebih besar dari
hal tersebut, yaitu penggunaan bahasa tubuh yang baik dan empatik. Don
Gabor dalam bukunya yang berjudul ”How to start a conversation and
make friends” mengemukakan gagasannya mengenai penggunaan bahasa
tubuh yang baik dengan istilah “SOFTEN”. Soften secara bahasa berarti
melembutkan, berarti dengan menggunakan teknik-teknik yang disingkat
dengan istilah ”SOFTEN” ini, membuat percakapan Anda menjadi lebih
melembutkan. Teknik ”SOFTEN” ini adalah singkatan dari :
S = Smile
O = Open Arms
F = Forward Lean
T = Touch
E = Eye Contact
N = Nod
S =
SMILE ( Senyum )
Senyum manis adalah indikasi yang
kuat dari sikap ramah dan terbuka serta kesediaan untuk berkomunikasi.
Senyum merupakan sinyal non verbal reseptif yang dikirimkan dengan
harapan orang lain juga ikut tersenyum. Ketika kita tersenyum,
memperlihatkan bahwa kita memperhatikan orang tersebut secara positif.
Tersenyum tidak berarti harus memasang wajah dibuat-buat atau
berpura-pura selalu gembira, akan tetapi ketika Anda melihat orang yang
Anda kenal tersenyumlah.
Dengan
tersenyum kita memperlihatkan sikap terbuka untuk melakukan percakapan.
Wajah manusia banyak sekali mengirimkan sinyal verbal dan non verbal.
Jika dipadukan antara sinyal verbal yang baik dengan sinyal non verbal
yang bersahabat maka kita akan terkejut dengan respon yang akan
didapatkan. Padukanlah senyum yang ceria dengan kata-kata yang ramah,
kemudian lihatlah respon apa yang kita dapatkan dari lawan bicara Anda.
Senyum tulus
tidaklah bisa direkayasa. Mungkin kita bisa saja memaksakan untuk
tersenyum meskipun suasana hati sedang tidak bahagia. Tapi yakinlah,
kalau senyum yang keluar tidak semanis jika kita tersenyum karena
dorongan suasana hati yang bahagia. Mungkin senyum yang keluar
menunjukkan gerakan ujung bibir yang tidak simetris, sehingga lebih
tampak mencibir daripada tersenyum. Atau senyum yang diiringi gerakan
mata yang melirik sinis, tentu hasilnya bukanlah senyum yang
menyenangkan bagi orang lain.
Dale Carnegie
dalam bukunya yang terkenal, “Bagaimana mencari kawan dan
mempengaruhi oranglain ” menceritakan:
“Wajah merupakan cermin yang tepat bagi
perasaan hati seseorang. Wajah yang ceria, penuh senyuman alami, senyum
tulus adalah sebaik-baik sarana memperoleh teman dan kerja sama dengan
pihak lain. Senyum lebih berharga dibanding sebuah pemberian yang
dihadiahkan seorang pria. Dan lebih menarik dari lipstik dan bedak yang
menempel di wajah seorang wanita. Senyum bukti cinta tulus dan
persahabatan yang murni.”
Carnegie menambahkan, “Ingatlah, bahwa senyum
tidak membutuhkan biaya sedikitpun, akan tetapi membawa dampak yang luar
biasa. Tidak akan menjadi miskin orang yang memberinya, justeru akan
menambah kaya bagi orang yang mendapatkannya. Senyum juga tidak
memerlukan waktu yang bertele-tele, namun membekas kekal dalam ingatan
sampai akhir hayat. Tidak ada seorang fakir yang tidak memilikinya, dan
tidak ada seorang kaya pun yang tidak membutuhkannya.”
O =
OPEN ARMS ( Tangan Terbuka )
Gerakan tangan terbuka menunjukkan
adanya sebuah penerimaan sosal. Sedangkan sebaliknya gerakan tangan
menyilang membuat kita tampak tertutup untuk melakukan pembicaraan
maupun untuk melakukan interaksi lainnya. Baik itu dilakukan dalam
kondisi duduk maupun dalam kondisi berdiri. Apalagi jika ditambah dengan
gerakan tangan menutup mulut, akan mengesankan menjadi seorang yang
sedang berpikir keras, dan seperti melemparkan pesan “jangan ganggu
saya”. Bayangkan jika kita bertemu dengannya, apakah kita mau berbincang
dengan mereka yang berarti kita menyela keseriusannya dalam berpikir
keras ?
F = FORWARD LEAN ( Condongkan Badan
Ke Depan )
Mencondongkan badan kedepan
menunjukkan ketertarikan kepada pembicaraan yang sedang dilakukan
sedangkan sebaliknya seseorang yang mencondongkan badannya ke belakang
menunjukkan ia tidak tertarik dengan pembicaraan yang dilakukan.
Seseorang yang mendapati lawan bicaranya melakukan gerakan condong
kedepan biasanya akan lebih merasa dihormati. Jauh lebih baik untuk
melakukan gerakan condong ke depan secara rileks dan alami. Dengan
begitu berarti kita sedang mengatakan : “Saya tertarik mendengar
pembicaraan Anda, saya mendengarkannya dengan seksama dan saya akan
terus mendengarkan pembicaraan Anda sampai selesai”. Catatan penting
yang harus diperhatikan adalah berhati-hatilah dengan ruang pribadi
lawan bicara. Posisi yang terlalu dekat juga seringkali membuat
seseorang tidak nyaman dalam berbicara, pastikan kita berada pada posisi
jarak yang tepat.
T =
TOUCH ( Sentuhan )
Berjabatan tangan adalah salah satu
teknik yang baik dalam membangun sebuah percakapan yang menarik.
Jadilah orang pertama yang mengulurkan tangan untuk saling berjabatan,
maka kita akan membuat percakapan menjadi lebih menarik. Sertailah
uluran tangan ini dengan memberikan salam yang ramah, tersenyum manis,
dan menyebutkan nama, maka itu berarti kita telah memecahkan batu karang
penghambat komunikasi dan membuka saluran komunikasi dengannya menjadi
semakin lancar. Penting pula untuk mengakhiri percakapan dengan
berjabatan tangan yang hangat dan bersahabat, dalam situasi helping
relationship maupun sosial. Sertailah dengan senyuman ceria dan
pernyataan bersahabat. Itulah yang akan menjadi kesan yang tak
terlupakan dalam pembicaraan kita.
E = EYE CONTACT ( Kontak Mata )
Pengaruh yang paling kuat dari
gerak tubuh adalah pengaruh yang dikirmkan melalui gerakan mata. Kontak
mata langsung memperlihatkan bahwa kita benar-benar ingin mendengarkan
apa yang akan dan sedang disampaikannya. Sertai kontak mata dengan
senyuman yang tulus, karena itu dapat menghindarkan dari kesan “power
struggle”. Kontak mata perlu diperhatikan sisi intensitasnya. Tatapan
mata terlalu sering bisa mengakibatkan lawan bicara kita merasa tidak
nyaman dan menimbulkan kecurigaan terhadap maksud dan tujuan Anda. Jika
kita merasa kesulitan untuk menjaga kontak mata, cobalah saran berikut
ini. Mulailah dengan kontak mata secara singkat, mungkin hanya beberapa
detik, dan jangan lupa sertai dengan senyuman yang ramah dan tulus.
Kemudian boleh beberapa saat mengalihkan pandangan ke arah lain, namun
setelah beberapa saat kembalilah menatap kembali lawan bicara persis
pada kedua matanya. Satu hal yang perlu diingat, buatlah senyaman
mungkin, dan pembicaraan akan mengalir dengan mudah dan menyenangkan.
N = NOD ( Anggukan Kepala )
Anggukan kepala
menunjukkan kita memahami dan mendengarkan apa yang sedang disampaikan.
Anggukan juga biasanya menunjukkan persetujuan sehingga mendorong lawan
bicara untuk tetap nyaman dalam menyampaikan pesan-pesan yang sedang
dibicarakannya. Anggukan kepala disertai dengan senyuman yang ramah juga
dapat digunakan untuk menyapa orang lain yang anda temui, karena
anggukan itu seperti bahasa tubuh pelembut lainnya mengirimkan pesan
yang sama yaitu, ”Saya akan dengan senang hati berkomunikasi dengan
Anda”.
Satu hal yang penting untuk diperhatikan adalah bahasa tubuh
tidak untuk menggantikan bahasa verbal yang Anda gunakan. Jika kita
hanya menggunakan bahasa tubuh saja untuk berkomunikasi maka akan banyak
menemukan kekeliruan dalam berkomunikasi. Komunikasi secara menyeluruh
adalah gabungan dari bahasa verbal, nada suara dan bahasa tubuh.
Menggunakan ketiganya secara harmonis akan menghasilkan suatu hal yang
luar biasa, yaitu keajaiban komunikasi.
B.Bahasa Verbal (verbal communication)
Komunikasi verbal (verbal
communication) merupakan salah satu bentuk komunikasi yang
disampaikan kepada pihak lain melalui tulisan (written) dan lisan
(oral). Tanpa komunikasi verbal, komunikasi non verbal yang kaya
makna akan menjadi sesuatu yang ambigu dan akan mengakibatkan salah
penafsiran. Dengan demikian prilaku attending yang dasar utamanya adalah
aktivitas non verbal harus dibalut dengan kelokan komunikasi lisan,
sebuah sinergi yang ampuh dalam kemantapan helping relationship
maupun komunikasi sosial lainnya.
Dalam menata komunikasi lisan ini,
Aribowo Prijosaksono dan Ping Hartono dalam buku Make Yourself A
Leader yang menulis Lima Hukum Komunikasi Yang Efektif (The 5
Inevitable Laes of Effective Communication). Lima hukum ini
dikembangkan dan dirangkum dalam satu kata yang mencerminkan esensi dari
komunikasi, yaitu REACH, yang berarti merengkuh atau meraih.
Pada dasarnya komunikasi adalah upaya kita untuk meraih perhatian,
cinta kasih, minat, kepedulian, simpati, tanggapan, maupun respon
positif dari orang lain.
Hukum #1: Respect
Rasa
hormat dan saling menghargai (respect) merupakan hukum pertama dalam
kita berkomunikasi dengan orang lain. Kita harus ingat bahwa manusia
selalu ingin dihargai dan dianggap penting. Jika kita harus mengkritik
atau memarahi seseorang, kita bisa melakukan dengan penuh respek
terhadap harga diri dan kebanggaan seseorang. Jika kita membangun
komunikasi dengan rasa dan sikap saling menghargai dan menghormati, kita
dapat membangun kerjasama yang menghasilkan sinergi yang akan
meningkatkan efektifitas kinerja kita baik secara individu maupun secara
keseluruhan sebagai sebuah tim.
Menurut Dale Carnegie dalam bukunya
How to Win Friends and Influence People, rahasia terbesar yang
merupakan salah satu prinsip dasar dalam berurusan dengan manusia adalah
dengan memberikan penghargaan yang jujur dan tulus. Seorang ahli
psikologi yang sangat terkenal William James juga mengatakan bahwa
prinsip paling dalam pada sifat dasar manusia adalah kebutuhan untuk
dihargai. Sifat ini merupakan rasa lapar manusia yang harus dipenuhi
(bukan harapan atau keinginan yang bisa ditunda). Lebih jauh Carnegie
mengatakan bahwa setiap individu yang dapat memuaskan kelaparan hati ini
akan menggenggam orang dalam telapak tangannya.
Hukum
#2: Empathy
Empati adalah kemampuan kita untuk
menempatkan diri pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang
lain. Salah satu prasarat utama dalam memiliki sifat empati adalah
kemampuan kita untuk mendengarkan atau mengerti terlebih dulu sebelum
didengarkan atau dimengerti oleh orang lain.
Secara
khusus Covey menempatkan kemampuan mendengarkan sebagai salah satu dari
tujuh kebiasaan manusia yang sangat efektif. Covey mnyebutnya sebagai
komunkasi empatik, yaitu kebiasaan untuk mengerti terlebih dahulu, baru
dimengerti. Kita perlu memahami dan mendengar orang lain terlebih dahulu
untuk dapat membangun keterbukaan dan kepercayaan dalam membangun
sinergi dengfan orang lain. Rasa empati akan memampukan kita untuk
menyampaikan pesan (message). Cara dan sikap empati juga akan memudahkan
penerima pesan (receiver) menerima pesan yang kita sampaikan.
Dalam
komunikasi untuk membangun kerjasama tim, rasa empati sangat memegang
peranan. Dengan empati kita bisa memahami perilaku anggota tim kita,
seperti kebutuhan, keinginan, minat, harapan, dan kesenangan mereka.
Rasa empati akan menimbulkan respek. Rasa respek akan membangun
kepercayaan yang merupakan unsur utama dalam membangun teamwork.
Dalam membangun komunikasi dengan empati, kita harus mempunyai kemampuan
untuk mendengar dan siap menerima masukan apa pun dengan sikap positif.
Banyak di antara kita yang tidak mau mendengarkan saran, apalagi kritik
dari orang lain. Padahal esensi dari komunikasi adalah aliran dua arah.
Komunikasi satu arah tidak akan efektif manakala tidak ada umpan balik (feedback)
yang merupakan arus balik dari penerima pesan.
Hukum
#3: Audible
Pesan yang kita sampaikan harus audible,
artinya pesan dapat diterima dan dimengerti oleh penerima pesan dengan
baik. Dari sisi kebulatan berbicara menjadi penting sehingga pesan bisa
diterima dan mudah ditangkap/cerna.
Hukum #4: Clarity
Hukum
keempat dalam membangun komunikasi yang efektif adalah pesan yang kita
sampaikan harus jelas sehingga tidak menimbulkan penafsiran yang
berlainan. Pesan yang dapat menimbulkan berbagai penafsiran akan
menimbulkan dampak yang tidak sederhana. Clarity dapat pula berarti
keterbukaan. Dalam berkomunikasi kita perlu mengembangkan sikap
transparan sehingga dapat menimbulkan rasa percaya dari penerima pesan
atau anggota tim kita. Keterbukaan akan mencegah timbulnya sikap saling
curiga yang akan menurunkan semangat dan antusisme tim kita.
Hukum
#5: Humble
Hukum kelima dalam membangun
komunikasi yang efektif adalah sikap rendah hati. Sikap ini merupakan
unsur yang terkait dengan hukum pertama, yaitu respect. Untuk membangun
rasa menghargai orang lain, biasanya didasari oleh sikap rendah hati
yang kita miliki. Sikap rendah hati adalah sikap yang penuh melayani,
sikap menghargai, mau mendengar dan menerima kritik, tidak sombong,
tidak memandang rendah orang lain, berani mengakui kesalahan, rela
memaafkan, lemah lembut dan penuh pengendalian diri, serta mengutamakan
kepentingan yang lebih besar.
Jika kita membangun komunikasi
berdasarkan pada lima hukum pokokkomunikasi yang efektif ini, kita dapat
menjadi seorang komunikator yang handal yang dapat membangun jaringan
hubungan dengan orang lain dengan penuh penghargaan (respect), karena
hal inilah yang dapat membangunhubungan jangka panjang yang saling
menguntungkan dan saling menguatkan.
REFERENSI
Abin
Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Rosda Karya
Remaja.
Carkhuff, R. Robert. 1985. The art of Helping. Human
Resource Development Press.
Calvin S. Hall &
Gardner Lidzey (editor A. Supratiknya). 2005. Teori-Teori Psiko Dinamik
(Klinis) : Jakarta : Kanisius
Gendler, Margaret
E..1992. Learning & Instruction; Theory Into Practice. New York :
McMillan Publishing.
Gerlald Corey. 2003.
Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi (Terj. E. Koswara),
Bandung : Refika
Moh. Surya. 2009.
Psikologi Konseling. Maestro. Bandung
Muhibbin Syah. 2003.
Psikologi Belajar. Jakarta : PT Raja Grafindo
Sofyan S. Willis. 2004.Konseling
Individual; Teori dan Praktek. Bandung : Alfab
Pengertian Bimbingan dan Konseling pada
Anak Usia Dini
Menurut Crow and Crow (M. Surya, 1988:45) bimbingan diartikan sebagai
bantuan yang diberikan seseorang baik pria maupun wanita yang memiliki pribadi yang
baik dan pendidikan yang memadai kepada seorang individu dari setiap usia untuk
menolongnya, mengembangkan kegiatan-kegiatan hidupnya sendiri, membuat pilihan
sendiri, dan memikul bebannya sendiri.
Ditinjau dari sudut orang tua kegiatan bimbingan dan konseling pada anak
usia dini dilakukan untuk:
a.Membantu orang tua agar mengerti, memahami dan menerima
anak sebagai individu,
b.Membantu orang tua dalam mengatasi gangguan emosi pada
anak yang ada hubungannya dengan situasi keluarga dirumah,
c.Membantu orang tua mengambil keputusan dalam memilih
sekolah bagi anaknya sesuai dengan taraf kemampuan kecerdasan, fisik dan
indranya.
d.Memberikan informasi kepada orang tua untuk memecahkan
masalah kesehatan anak.
Fungsi Bimbingan dan Konseling untuk Anak
Usia Dini
a.Fungsi pemahaman
Fungsi pemahaman yaitu usaha bimbingan yang dilakukan guru atau
pendamping untuk menghasilkan pemahaman yang menyeluruh tentang aspek-aspek
sebagai berikut:
1)Pemahaman diri anak didik terutama oleh orang tua dan
guru,
2)Hambatan atau masalah yang dihadapi anak,
3)Lingkungan anak yang mencakup keluarga dan tempat
belajar,
4)Lingkungan yang lebih luas diluar rumah dan diluar
tempat belajar,
5)Cara-cara penyesuaian dan pengembangan diri.
b.Fungsi pencegahan
Fungsi pencegahan yaitu usaha bimbingan yang menghasilkan tercegahnya
anak dari berbagai permasalahan yang dapat mengganggu, menghambat ataupun
menimbulkan kesulitan dalam proses perkembangan.
c.Fungsi perbaikan
Fungsi perbaikan adalah usaha bimbingan yang menghasilkan terpecahnya
berbagai permasalahan yang dialami oleh anak didik.
d.Fungsi pemeliharaan dan pengembangan
Yaitu usaha bimbingan yang menghasilkan terpeliharanya dan berkembangnya
berbagai potensi dan kondisi positif anak didik dalam rangka perkembangan
dirinya secara mantap dan berkelanjutan.
Ruang lingkup bimbingan untuk Anak Usia
Dini
a.Bimbingan Pribadi dan Sosial
Bimbingan ini dapat membantu anak dalam memecahkan masalah-masalah
pribadi sosial.
b.Bimbingan Belajar
Tujuan dan tugas pengembangan pendidikan melalui kegiatan bermain sambil
belajar yang mencakup pengembangan kemampuan dasar dan pembentukan perilaku.
c.Bimbingan karir
Bimbingan yang membantu anak dalam perencanaan, pengembangan dan
pemecahan masalah-masalah karir, seperti pemahaman terhadap jabatan dan
tugas-tugas kerja, pemahaman kondisi dan kemampuan diri, pemahaman kondisi
lingkungan, perencanaan dan pengembangan karir, penyesuaian pekerjaan, dan
pemecahan masalah-masalah karir yang dihadapi secara sederhana.
Ciri Bimbingan dan Konseling Untuk Anak
Usia Dini
Menurut Syaodih, E(2004) ada beberapa ciri bimbingan dan konseling bagi
anak usia dini yang dapat dijadikan rujukan bagi guru atau pendamping, yaitu:
1.Proses Bimbingan dan Konseling Harus Disesuaikan dengan
Pola Pikir dan Pemahaman Anak
Pelaksanaan bimbingan dan konseling bagi anak usia dini relatif cukup
sulit untuk dilaksanakan. Kondisi ini terjadi bukan disebabkan karna berbedanya
langkah-langkah bimbingan, tetapi lebih disebabkan oleh perbedaan karakteristik
anak yang dibimbing.
2.Pelaksanaan Bimbingan Terintegrasi Dengan Pembelajaran
Pelaksanaan bimbingan konseling dilaksanakan secara bersama-sama dengan
pelakasanaan pembelajaran, artinya guru atau pendamping pada saat akan
merencanakan kegiatan pembelajaran harus juga memikirkan bagaimana perencanaan
bimbingannya.
3.Waktu pelaksanaan bimbingan sangat terbatas
Interaksi guru atau pendamping dengan anak relatif tidak lama, rata-rata
pertemuan dalam sehari hanya 2,5-3 jam.
4.Pelaksanaan bimbingan dilaksanakan dalam nuansa bermain
Bermain merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari dunia anak dan
bahkan dapat dikatakan tiada hari tanpa bermain. Bermain bagi anak merupakan
suatu aktivitas tersendiri yang sangat menyenangkan yang mungkin tidak bisa
dirasakan atau dibayangkan oleh orang dewasa.
5.Adanya keterlibatan teman sebaya
Keterlibatan teman sebaya perlu dipertimbangkan guru dalam pelaksanaan
bimbingan dan konseling karena melalui teman sebaya upaya mengatasi masalah
khuisusnya masalah sosial emosi dapat dipandang sebagai cara yang tepat untuk
mengatasi masalah yang dialami anak.
6.Adanya keterlibatan orang tua
Ketika anak sedang belajar di PAUD guru atau pendamping berperan sebagai
penganti orang tua. Mengingat permasalahan yang dihadapi anak maka peran orang
tua dalam membantu tumbuh kembang anak merupakan suatu hal yang sangat penting.
7.Ruang Lingkup Layanan Bimbingan
Bimbingan bagi anak usia dini terdiri atas 5 bentuk layanan, yaitu :
a)Layanan pengumpulan data
Layanan pengumpulan data dimaksudkan untuk menjaring informasi-informasi
yang diperlukan guru atau pendamping anak usia dini dalam memahami
karakteristik, kemampuan dan permasalahan yang mungkin dialami anak.
b)Layanan informasi
Layanan informasi dimaksudkan untuk memberikan wawasan dan pemahaman baik
untuk anak maupun bagi orang tua. Untuk anak usia dini yang relatif masih usia
muda, masih sangat sedikit informasi atau pengetahuan yang diketahui dan
dipahami anak.
c)Layanan Konseling
Proses konseling pada anak usia dini berbeda dengan konseling yang
dilakukan pada remaja atau orang dewasa. Layanan konseling dilakukan dengan mengikuti
beberapa langkah seperti yang diungkapkan dalam uraian terdahulu yaitu
melakukan :
(1) Identifikasi masalah
(2) Diagnosis
(3) Prognosis
(4) Treatment, dan
(5) Evaluasi tindak lanjut
d)Layanan penempatan
Layanan penempatan, yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan anak
memperoleh penempatan yang tepat sesuai dengan kondisi dan potensinya.
e)Layanan evaluasi dan tindak lanjut
Layanan evaluasi dan tindak lanjut merupakan layanan untuk mengetahui
tingkat keberhasilan penanganan yang telah dilakukan guru atau pendamping.
Syarat-Syarat Program Layanan
Menurut Syaodih (2004) dalam menyusun suatu program bimbingan dan
konseling pada anak usia dini, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan
yaitu :
1.Prinsip dasar bimbingan dan konseling anak usia dini
Pelaksanaan bimbingan konseling pada anaka usia dini tidak mengunakan
waktu dan ruang tersendiri seperti halnya bimbingan pada jenjang pendidikan
yang lebih tinggi. Nuansa bermain menjadi bagian dari pelaksanaan bimbingan
karena dunia anak adalah dunia bermain.
Esensi
bimbingan dan konseling
Dalam pelakasanaannya, bimbingan juga diarahkan untuk membantu orang tua
agar memiliki pemahaman dan motivasi untuk turut mengembangkan kemampuan anak
karena kelekatan anak usia dini terhadap orang tua relative masih tinggi.
Orientasi
bimbingan dan konseling
Masa ini sering disebut sebagai masa “Golden Age” atau masa keemasan
karena pada masa ini anak sangat peka untuk mendapatkan rangsangan-rangsangan.
Konsep
yang mendasari pelaksanaan bimbingan dan konseling
Pelaksanaan bimbingan konseling pada anak usia dini pada dasarnya
berangkat dari pemahaman tentang pengembangan anak bahwa setiap anak memiliki
karakteristik dan kemampuan yang berbeda-beda.
Bentuk
layanan bimbingan dan konseling
Istilah bentuk layanan bimbingan menunjuk pada jumlah anak pada saat guru
atau pendamping melakukan bimbingan. Bentuk layanan bimbingan dapat dilakukan
secara individual atau kelompok.
Setting
layanan bimbingan konseling
Pada anak usia dini dapat menggunakan seting individual, kelompok dan
klasikal. Setting ini digunakan sangat tergantung dari kebutuhan layanan
bimbingan.
2.Penyusunan Program
Menurut Miller (Rochman Natawidjaja, 1998) program bimbingan yang baik,
yaitu program yang apabila dilaksanakan akan efesien dan efektif. Program
tersebut memiliki ciri, seperti :
Program
itu disusun dan dikembangkan berdasarkan kebutuhan nyata dari para siswa
disekolah yang bersangkutan
Kegiatan
bimbingan diatur menurut skala prioritas yang juga ditentukan berdasarkan
kebutuhan siswa dan kemampuan petugas
Program
dikembangkan berangsur-angsur, dengan melibatkan semua tenaga pendukung disekolah
dalam merencanakannya
Program
itu memiliki tujuan yang ideal, tetapi realistis dalam pelaksanaanya.
Program
itu mencerminkan komunikasi yang berkesinambungan diantara semua anggota
staf pelaksanaannya
Menyediakan
fasilitas yang diperlukan
Penyusunannya
disesuaikan dengan program pendidikan di lingkungan di sekolah yang
bersangkutan
Memberikan
kemungkinan pelayanaan kepada semua siswa
Memperlihatkan
peran yang penting dalam menghubungkan dan memadukan sekolah dengan
masyarakat
Berlangsung
sejalan dengan proses penilaian diri baik mengenai program itu sendiri
maupun kemajuann dari siswa yang dibimbing serta mengenai kemajuan
pengetahuan, keterampilan dan sikap para petugas pelaksanaannya
Program
itu menjamin keseimbangan dan kesinambungan pelayanan bimbingan.
3.Pelaksanaan Program
Pelaksanaan program dibagi dua bahasan, yaitu :
Pelaksanaan
bimbingan dan konseling yang berorientasi kepada semua anak.
Pelaksanaan
bimbingan dan konseling yang berorientasi kepada masalah yang dihadapi
anak.
Masalah-Masalah Bimbingan dan Konseling
Pendidikan
Menurut Bomo Walgito dalam bukunya Bimbingan dan Konseling di Sekolah,
terdapat hanyak aspek yang menjadi cakupan bimbingan dan konseling pendidikan
atau sekolah. Di antara berbagai cakupan tersebut, antara lain: hubungan antara
anak didik dengan sekolah, hubungan antara anak didik dengan keluarga, hubungan
antara anak didik dengan lingkungannya, hubungan antara anak didik dengan masa
depannya, hubungan antara anak didik dengan aktivitas untuk mcngisi waktu
luangnya, hubunr.m antaru anak didik dengan uang saku dan pekcrjuannva,
hubungan antara anak didik dengan nilai moral dan agama, dan hubungan antara
anak didik dengan pribadinya sendiri.
a.Hubungan Antara Anak Didik dengan sekolah
Berbagai bentuk permasalahan yang sering muncul adalah amukan atau
kemarahan anak-anak didik yang tidak naik kelas dengan merusak berbagai
fasilitas belajar, kebencian anak didik terhadap guru tertentu, munculnya
geng-geng peserta didik yang suka tawuran antarpelajar, rendahnya prestasi
akademik, dan bentuk-bentuk permasalahan lain yang sejenis.
Oleh karena itu, guru BK di sekolah perlu menjalin kerja sama dengan berbagai
pihak yang terkait, diantaranya adalah petugas keamanan atau Satpam, OSIS, guru
agama dan lain sebagainya. Guru BK harusmampu menjadi pelopor gerakan aanak didik bangga dengan sekolahnya.
b.Hubungan Antara Anak Didik dengan
Lingkungannya
Nah, hubungan anak didik dengan keluarganya tidak bisa diabaikan dalam
iklim pendidikan yang harmonis di sekolah. Sebab, sering kali anak-anak yang bermasalah
di keluarga atau di rumahnya akan dibawa ketika masuk sekolah. Akibatnya,
mereka tidak bisa konsentrasi dalam belajar, hingga prestasi belajarnya menurun
drastis.
Dalam hal ini fungsi bimbingan dan konseling di sekolah menguatkan
hubungan antara anaik didik dari kedua orang tuanya. Caranya bisa melalui
berbagai media, di antaranya dengan menyelenggatakan pertemuan antara pihak
sekolah dan orang tua atau wali murid dalam satu bulan sekali. Dalam pertemuan
tersebut hendaknya ada tukar informasi antara orang tua dan sekolah. Isinya,
berupa keluh kesah atas, perilaku anak di rumah maupun di sekolah. Di samping
keluh kesah, juga harus dikemukakan capaian-capaian anak didik di sekolah
maupun di rumah.
c.Permasalahan antara anak didik dengan
lingkungannya
Permasalahan-permasalahan yang biasanya dialami oleh anak didik adalah
ketcrasingan dia dengan lingkungan sosialnya. Keterasingan ini akan berakibat
pada perilaku bermasalah, seperti pemalu, minder, pendiam, lemah mental, dan
perilaku-perilaku menyimpang yang lain.
Tugas guru BK sebagai konselor keluarganya menanamkan nilai-nilai etika
lingkungan universal yang biasanya bersumber dari adat, tradisi, budaya dan
agama setempat. Dengan demikian, setuju atas tidaknya anak didik terhadap
lingkungannya mempunyai dasar dan pijakan yang kuat diri nilai-nilai tersebut. Sehingga,
alasannya untuk tidak setuju bisa dipertunggungjawabkan demikian pula sebaliknya.
d.Hubungan Antara Anak Didik dengan Masa
Depannya
Banyak di antara anak didik yang gelisah dan cemas memikirkan masa depan
pendidikannya. Kecemasan dan kekhawatiran ini mencakup dua hal berkaitan dengan
sekolah mana yang bisa menjanjikan masa depannya, dan jurusan atau pilihan program
studi apa yang mempunyai prospek karier lebih cemerlang.
Tugas guru BK sebagai konselor atas anak didiknya harus dapat memberi
pencerahan kepada mereka agar mempersiapkan diri menghadapi tantangan masa
depannya dengan lebih baik. Di samping memotivasi agar mereka belajar keras dan
siap memenangkan kompetisi memperebutkan kursi di sekolah-sekolah unggulan di
atasnya, guru BK juga harus melakukan penelusuran bakat, minat, dan kompctensi
anak didiknya. Dengar penelusuran bakat, minat, dan kompetensi ini, diharapkan
guru BK mampu mengarahkan jurusan atau program studi yang cocok dan tepat untuk
setiap anak didiknya.
e.Hubunganantara anak didik dengan aktivitas untuk mengisi waktu luangnya
Anak-anak yang menghabiskan waktu luangnya untuk bermain seharian dan
melupakan tugas sekolah akan menurun prestasi akademiknya, di samping
jenis-jenis permainan yang diperankannya belum mengandung nilai edukatif yang
baik. Demikian pula dengan anak-anak yang mengisi waktunya untuk belajar
sepanjang waktu. Akibatnya, anak kehilangan masa bahagianya dengan segenap
ekspresi spontan yang murni dan polos. Dampak lebih jauh dari tekanan ini akan
membuat anak tersiksa emosinya, sehingga menderita luka batin yang
berkepanjangan.
Sebab, hanya melalui bimbingan dan konseling, motivasi anak didik untuk
memanfaatkan waktu luang dengan sebaik-baiknya dapat dibangkitkan. Melalui
bimbingan dan konseling anak didik akan mengerti tentangmanajemen waktu; kapan ia harus bermain dan
kapan ia harus menyelesaikan tugas-tugas sekolah. Bahkan, anak didik juga akan
tahu bagaimana menyelesaikan tugas-tugas sekolah secara kelompok sambil bermain
dengan teman-teman kelompoknya. Lebih dari itu, melalui bimbingan dan konseling
diharapkan guru BK selaku konselor dapat mendorong anak didiknya untuk mengikuti
berbagai kegiatan ekstrakurikuler di sekolahnya.
f.Hubungan Antara Anak Didik dengan Uang Saku
dan Pekerjaannya
Jika anak didik diberi uang sakucukup, maka masalah yang sering timbul
adalah penggunaannya yang seringkali tidak tepat, seperti membeli makanan kecil
yang banyak mengandung bahan pengawet dan tidak ada gizinya, atau membeli benda
mainan yang tidak ada nilai edukatifnya,
seperti kartu naruto dan sejenisnya. Bahkan, tidak sedikit anak-anak yang sudah
mulai "taruhan" atau judi. Dari penggunaan uang saku yaitu kurang
tepat tersebut, di samping ancaman kesehatan fisiknya, juga bcrakibat pada
perilaku yang meyimpang.
Jika anak didik tidak dibekali uang saku ketika berangkat sekolah, akibat
yang clitimbulkannya tidak kalah buruknya. Anak bisa mcnjadi minder ketika
teman-temannya jajan. la merasa malu ketika teman-temannya mengajak jajan
bersama, sementara dirinya tidak mempunyai uang. Anak cenderung mengasingkan
diri dari lingkungan sekolah dan teman-temannya.
Sedangkan penyimpangan terhadap perilaku anak-anak akibat dari
pekerjaannya adalah kehilangan masa bahagia dengan segenap permainannya.
Nah, selayaknya bimbingan dan konseling di sekolah harus memberi
pelajaran agar anak-anak berkenan menyisihkan sebagian uang sakunya untuk
ditabung. Di samping itu, perlu arahan untuk membeli berbagai makanan dan
permainan yang bermanfaatbagi
perkembangan fisik dan psikisnya.
Sedangkan mengenai pekerjaan anak didik dalam membantu orang tua,
hendaknya dahun proses bimbingan dan konseling guru BK berkomunikasi secara intens
dengan wali murid agar memberikan hak-hak anaknya untuk bermain secukupnya, di
samping memberikan kesempatan yang proporsional untukx membantu pekerjaan orang
tua.
g.Hubungan Antara Anak Didik dcngan Nilai
Moral dan Agama
Pendek kata, anak yang mengalami permasalahan dalam hubungannya dengan
agama yang dipeluknya akan memandang agama sebagai belenggu kebebasan geraknya.
Sehingga, anak-anak cenderung mcnjauh dari agama. Dan, hal ini sama artinya
dengan ia menjauhi nilai-nilai moral universal dalam kehidupan-nya.
Dalam hal ini bimbingan dan konseling di sekolah berfungsi mengembalikan
hubungan yang baik antara anak didik dan agama yang dipeluknya. Perlu ditekankan
bahwa konselor (guru BK) tidak boleh mempengaruhi, apalagi memaksakan keyakinan
atau agama tercentu kepada kliennya atau anak didiknya.
Tugas konseling tidak lebih dantidak kurang mengembalikan hubungan yang baik antara klien (anak didik)
dengan agama yang dipeluknva. Hal ini memungkinkan bahwa guru BK berbeda aliran
kepercayaan dengan klien atau anak didiknya. Tetapi, fungsi profesionalisme
konseling tidak boleh ditinggalkan, mengingat bimbingan dan konseling di sekolah
adalah upaya pertolongan dan pemberi bantuan kepada anak didiknya.
h.Hubungan Antara Anak Didik dengan
Pribadinya Sendiri
Hubungan antara anak didik dengan pribadinya sendiri adalah hubungan
seseorang dengan pergulatan batiniah berupa emosi, kehendak, dan nafsu yang ada
di dalam diri anak tersebut. Sebagaimana telah disinggung bahwa banyak
anak-anak yang mengalami kesulitan dalam memenangkan pergulatan dengan diri
sendiri.
Dalam kondisi yang demikian, bimbingan dan konseling di sekolah menjadi
harapan satu-satunya untuk membekali anak didik berperang mclawan dan menaklukkan
dirinya sendiri. Bimbingan dan konseling bagaikan senjata ampuh bagi anak didik
untuk membabat habis segala macam kehendak negatif atau nafsu yang mengajak
pada kegagalan dan kehancuran.
Atas dasar ini konselor (guru BK) harus bisa mengem balikan kepercayaan
diri anak didik, sehingga mampu mengalahkan dirinya sendiri dan memenangkanpertarungan melawan kegagalan tersebut. Tanpa
upaya ini, niscaya anak didik akan tetap terpuruk dalam kekalahan dan
kegagalan.
i.Hubungan
Antara Anak Didik dengan Tuhannya
Hubungan antara anak didik dengan Tuhannya adalah hubungan intim yang
bersifat ruhaniah atau spiritualitas. Dalam hal ini anak didik dipersepsikan
telah mempunyai konsep dan keyakinan tcrhadap kekuasaan Tuhan. Mereka akan
berusaha semaksimal mungkin untuk menaati semua perintah-Nya dan menjauhi semua
larangan-Nya.
Nah, fungsi bimbingan dan konseling adal mengembalikan hubungan yang baik
antara anak die dengan Tuhannya secara proporsional. Pada taha tahap tertentu,
konselor (guru BK) dituntut untuk mampu membuktikan bahwa apa pun yang terjadi
dalam diri seseorang adalah buah dari perilaku sendiri, sementara Tuhan scbatas
memberikan legitimasi semata. Jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, maka
semua disebabkan oleh kelalaian orang itu sendiri.
Tuhan sama sekali tidak bermaksud untu mencelakai, apalagi mencederai
hamba-Nya yang telah berusaha semaksimal mungkin dengan kegagalan dan
kehancuran. Tetapi, sifat Maha Adil Allah dan Pengasih serta Penyayang-Nya akan
mernberi balasan atai ganjaran sesuai dengan amal yang dilakukan olel hamba
yang bersangkutan.
Berlatih Merancang Program Bimbingan Dan
Konseling Pada Pra Sekolah TK (PAUD)
Dalam penyusunan program bimbingan perlu ditempuh langkah-langkah seperti
dikemukakan oleh Miller yang dikutip oleh Rochman Natawidjaja dan Moh. Surya
(1985) seperti berikut :
Tahap
Persiapan. Langkah ini dilakukan melalui survei untuk menginventarisasi
tujuan, kebutuhan dan kemampuan sekolah, serta kesiapan sekolah yang
bersangkutan untuk melaksanakan program bimbingan. Kegiatan ini
dimaksudkan untuk menentukan langkah awal pelaksanaan program.
Pertemuan-pertemuan
permulaan dengan para konselor yang telah ditunjuk oleh pemimpin sekolah.
Tujuan pertemuan ini untuk menyamakan pemikiran tentang perlunya program
bimbingan serta merumuskan arah program yang akan disusun.
Pembentukan
panitia sementara untuk merumuskan program bimbingan. Panitia ini
bertugas merumuskan tujuan program bimbingan yang akan disusun,
mempersiapkan bagan organisasi dari program tersebut, dan membuat kerangka
dasar dari program bimbingan yang akan disusun.
Pembentukan
panitia penyelenggara program. Panitia ini bertugas mempersiapkan program
tes, mempersiapkan dan melaksanakan sistem pencatatan, dan melatih para
pelaksana program bimbingan untuk melaksanakan kegiatan tersebut.
Melalui empat
langkah tersebut diharapkan program bimbingan itu dapat diwujudkan dengan baik.
Di samping rumusan tentang langkah-langkah penyusunan program bimbingan
sebagaimana dikemukakan itu, berikut ini dapat pula disajikan langkah-langkah
penyusunan program bimbingan yang urutannya cukup sederhana, yaitu :
Mengidentifikasi
kebutuhan-kebutauhan sekolah terutama yang ada kaitannya dengan kegiatan
bimbingan. Pada kegiatan ini dapat dilakukan pertemuan-pertemuan dengan
personel sekolah lainnya guna mendapatkan masukan (input) mengenai
berbagai hal yang perlu ditangani oleh konselor.
Setelah
data terkumpul perlu dilakukan penentuan urutan prioritas kegiatan yang
akan dilakukan, dan sekaligus menyusun konsep program bimbingan yang akan
dilakukan dalam kurun waktu tertentu. Dalam kegiatan ini juga ditentukan
personalia yang akan melaksanakan program kegiatan itu serta sasaran dari
program tersebut.
Konsep
program bimbingan dibahas bersama kepala sekolah bila perlu dengan
mengundang personel sekolah untuk memperoleh balikan guna penyempurnaan
program tersebut.
Penyempurnaan
konsep program yang telah dibahas bersama kepala sekolah.
Pelaksanaan
program yang telah direncanakan.
Setelah
program dilaksanakan, perlu diadakan evaluasi. Hal ini dimaksudkan untuk
mengetahui bilamana ada bagian-bagian yang tidak terlaksana dan seterusnya
dicari faktor penyebabnya.
Dari
hasil evaluasi program tersebut kemudian dilakukan penyempurnaan (revisi)
untuk program berikutnya.
Demikian seterusnya, sehingga terwujudlah program bimbingan yang lebih
sempurna. Terciptanya program bimbingan yang baik telah merupakan sebagian dari
keberhasilan pelaksanaan bimbingan dan konseling itu sendiri.
Winkell (1991) memberikan rambu-rambu yang perlu diperhatikan dalam
menyusun program bimbingan di tingkat pendidikan tertentu, yaitu :
1.Menyusun tujuan jenjang pendidikan tertentu, seperti
yang telah dirumuskan. Tujuan pendidikan di Sekolah dasar jelas berbeda dengan
tujuan pendidikan di Sekolah menengah pertama, dan seterusnya.
2.Menyusun tugas-tugas perkembangan dan kebutuhan-kebutuhan
peserta didik pada tahap-tahap perkembangan tertentu.
3.Menyusun pola dasar yang dipedomani dalam memberikan
layanan.
4.Menentukan komponen-komponen bimbingan yang
diprioritaskan
5.Menentukan bentuk bimbingan yang sebaiknya diutamakan
seperti bimbingan kelompok atau bimbingan individual, bimbingan akademik atau
bimbingan karier, dan sebagainya.
6.Menentukan tenaga-tenaga bimbingan yang dapat
dimanfaatkan misalnya konselor, guru, atau tenaga ahli lainnya.
Berdasarkan rambu-rambu tersebut program bimbingan untuk masing-masing
jenjang pendidikan dapat dirumuskan dengan tepat sesuai dengan
karakteristiknya. Selain itu, program bimbingan hendaknya disesuaikan dengan
keadaan individu yang akan dilayani.
Taman kanak-kanak sebenarnya belum termasuk jenjang pendidikan
formal dan lebih dikenal dengan pendidikan pra sekolah. Pendidikan formal
terendah adalah sekolah dasar (SD). Meskipun demikian menurut Winkel (1991)
tenaga- tenaga pendidikan ditaman kanakkanak juga dituntut untuk memberikan
layanan bimbingan.
Hal ini, dikuatkan dalam pedoman bimbingan dan penyuluhan oleh
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tahun 1980 Buku III C, dalam rangka
pelaksanaan kurikulum Taman Kanak-Kanak 1976.
Pelayanan bimbingan dan konseling di Taman kanak-kanak, hendaknya
ditekankan pada :
·Bimbingan yang berkaitan dengan kemandirian dan
keharmonisan dalam menjalin hubungan sosial dengan teman-teman sebayanya.
·Bimbingan pribadi, seperti pemupukan disiplin
diri dan memahami perintah.
Disamping itu, layanan bimbingan untuk anak taman kanak-kanak perlu
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan psikologis, seperti pemberian kasih sayang
dan perasaan aman.